Pasang Iklan Murah PERSIPURA                                  

Sepiring Nasi Goreng


Sepiring Nasi Goreng Alkisah pada suatu malam, Fulanah bertengkar dengan ibunya. Karena kesal, Fulanah keluar rumah tanpa membawa apapun.
Saat menyusuri jalanan, ia melewati sebuah warung tenda nasi goreng. Fulan mencium harumnya aroma nasi goreng yang segera membuatnya kelaparan.
Sepiring Nasi Goreng

Ia ingin sekali memesan nasi goreng yang harum itu, tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik warung melihat Fulanah berdiri cukup lama di depan warungnya, lalu ia bertanya “Mbak, mau beli nasi goreng?”
“Tetapi, saya tidak bawa uang,” jawab Fulan malu-malu.
“Tidak apa-apa. Nggak usah bayar. Ayo duduk, saya buatkan dulu,” kata pemilik warung.
Tidak lama kemudian, pemilik warung itu menghidangkan Sepiring nasi goreng dan segelas air minum.
Fulanah segera makan beberapa suap dan kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa mbak ?” tanya si pemilik warung.
“Ah, tidak apa-apa. Saya hanya terharu,” jawab Fulan sambil mengeringkan air matanya.
” Seseorang yang baru aku kenal pun mau memberi aku sepiring nasi goreng!
Tetapi, Ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, langsung mengusir aku dari rumah.”
Mendengar perkataan Fulan, pemilik warung menghela nafas dan berkata:
“Mbak mengapa bicara seperti itu? Coba pikir, saya hanya memberi mbak sepiring nasi dan mbak menjadi terharu. Bayangkan Ibu mbak telah memasak makanan semenjak mbak kecil hingga dewasa. Mengapa mbak tidak berterimakasih kepadanya, malahan bertengkar dengan Ibu?”
Fulan terhenyak mendengar perkataan pemilik warung. Mengapa ia tidak berpikir tentang hal itu?
Untuk sepiring nasi goreng dari seseorang yang baru dikenal, ia begitu berterima kasih.
Tetapi kepada Ibunya yang telah memasak selama bertahun-tahun, ia bahkan tidak memperlihatkan kepeduliannya.
“Dan, hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengan Ibu”, renung Fulanah dalam hati.
Fulanah pun segera menghabiskan nasi gorengnya dengan cepat. Lalu, ia menguatkan dirinya dan segera pulang ke rumah.
Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.
Sang Ibu tampak kebingungan.
Tapi ketika ia melihat Fulan, tampak rasa lega. “Ayo, cepatlah masuk. Ibu telah menyiapkan makan malam. Segeralah kamu makan, nanti menjadi dingin,” ujar sang Ibu sambil tersenyum.
Pada saat itu, Fulan tidak dapat menahan air matanya dan ia pun menangis sejadi-jadinya di pangkuan sang Ibu.“Ibu, maafkan aku,” kata Fulanah sambil terus terisak.
Sekali waktu, mungkin kita akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk sebuah pertolongan kecil yang mereka berikan. Tetapi, kepada orang yang sangat dekat, khususnya orangtua, harus di ingat bahwa hendaknya berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.
Maka…Muliakanlah orang tua-mu sebelum terlambat.

Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 Comments:

Posting Komentar

Menurut kalian tentang blog dan artikel ini...

 

Informasi Indonesia Copyright © 2013 Tim Theme is Designed by Bung bagus


Supported from Lasantha